Provokasi Murahan Dari Negeri Jiran

Ada-ada saja cara Malaysia memprovokasi Indonesia. Setelah gagal mengklaim beberapa produk budaya dan kuliner Nusanta, kini Malaysia memancing kemarahan rakyat Indonesia lewat sebuah iklan. Ini bukan sembarang iklan, tapi iklan jual beli manusia. Sialnya, yang dijual adalah Tenaga Kerja Indonesia (TKI).

Iklan yang tersebar di wilayah Chow Kit, Kuala Lumpur, Malaysia itu, menawarkan jasa pembantu dari Indonesia dengan harga miring alias murah. Isi lengkap iklan tersebut, "Indonesian maids now on Sale. Fast and Easy application. Now your housework and cooking come easy. You can rest and relax. Deposit only RM 3,500 price RM 7,500 nett."

Adalah Direktur Migrant Care, Anis Hidayah, yang menemukan iklan yang dibuat oleh sebuah agen penyalur tenaga kerja Indonesia (TKI) di Malaysia. Bak barang dagangan, TKI ditawarkan dengan diskon gede-gedean dalam lembaran iklan bertajuk "TKI On Sale".

Fenomena iklan jualan TKI itu, menurut Anis, merupakan bentuk human trafficking atau perdagangan manusia secara terang-terangan. Bila terus dibiarkan, dia khawatir akan membuat nasib TKI semakin terpuruk, tak ubahnya budak yang diperjual belikan.

Bukti-bukti yang disampaikan Anis itu membuat meradang para politisi dan elit penguasa di negeri ini. Tak kurang, Komisi IX DPR langsung bereaksi dengan mendesak Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Kementerian Luar Negeri untuk mengambil langkah-langkah diplomasi guna menghentikan iklan 'penghinaan' terhadap harkat dan martabat Indonesia itu.

Wakil Ketua Komisi IX DPR Nova Riyanti Yusuf menilai iklan 'TKI on SALE' merupakan justifikasi bentuk perbudakan baru, di mana TKW diperdagangkan seperti barang. "Apapun modus oknum pembuat iklan tersebut, maka oknum itu telah menginjak bom waktu, dengan menghina harga diri bangsa Indonesia," katanya di Gedung DPR, Jakarta, Senin (29/10/2012).

Karena itu, ia meminta Pemerintah Malaysia untuk menuntut pihak yang bertanggung jawab terhadap iklan tersebut. "Iklan tersebut merupakan pelecehan terhadap negara Republik Indonesia. Terlebih hingga saat ini moratorium pengiriman TKI ke Malaysia belum dicabut," tegas Nova.

Agar tidak terjadi lagi 'obral murah TKI', di masa sidang DPR berikutnya, Komisi IX akan melakukan pembahasan RUU tentang Perlindungan Pekerja Indonesia di Luar Negeri (RUU PPILN). "Saya berharap RUU PPILN dapat memperbaiki secara signifikan persoalan yang terdapat di dalam UU Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI yang akan digantikannya," ungkap Politisi Demokrat ini.

Pansus RUU PPILN akan mengkritisi beberapa hal, di antaranya adalah seluruh proses perekrutan, training, penempatan, serta pemulangan TKI hingga diserahkan kepada pihak swasta. Ke depan, Nova berharap pemerintah mengambil alih peran tersebut. Selain itu, pemerintah harus memperketat syarat mengenai negara penempatan, di mana negara tersebut harus memiliki MoU dengan pemerintah Indonesia.

Senada dengan Nova, anggota Komisi IX DPR, Rieke Diah Pitaloka, juga menyatakan bahwa iklan ‘TKI On Sale’ mencoreng harga diri bangsa Indonesia, yang warganya dianggap kelas rendahan di negeri Jiran itu.
“Ini bukan hanya masalah legal atau tidak, tapi sudah masuk soal harga diri bangsa, di mana mereka seenaknya menganggap rakyat Indonesia bisa diperbudak,” kata Rieke kepada kantor berita Antara, Senin (29/10/2012). Oleh sebab itu, Rieke langsung melontarkan protes ke pemerintah Malaysia.

“Saya mengirimkan nota keberatan karena pemerintah tidak melakukan langkah konkrit melalui jalur diplomasi politik. Hanya mengecam saja tidak cukup,” tandasnya. Nota keberatan itu dikirim Rieke selaku anggota Komisi IX DPR yang membidangi ketenagakerjaan.

Tak cuma para wakil rakyat yang meradang. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Muhaimin Iskandar, pun menilai pemasang iklan 'Indonesia Maids Now on Sale' yang muncul di Kuala Lumpur, Malaysia, sengaja ingin memunculkan isu untuk memprovokasi warga Indonesia.

Untuk itu, pihaknya mengimbau agar semua pihak tidak terprovokasi dana bersikap reaktif terhadap tayangan iklan obral pembantu rumah tangga (PRT) Indonesia itu. "Pemasangan iklan flyer itu dilakukan oleh orang yang tidak bertanggung jawab,” kata Muhaimin dalam keterangan tertulisnya, Senin (29/10/2012).
Muhaimin menjelaskan, pemasang iklan flyer tidak bertanggung jawab itu sengaja menyebar selebaran di kawasan yang banyak dihuni warga Indonesia, yakni di Cow Kit Road atau biasa disebut Little Indonesia Area di Kuala Lumpur. Padahal kawasan tersebut bukan tempat yang biasa digunakan untuk mencari PRT asal Indonesia.

Menakertrans memastikan otoritas Malaysia bakal mengusut tuntas kasus pemasangan iklan yang muncul di Kuala Lumpur, Malaysia. Bahkan otoritas Malaysia berjanji akan mencari tahu pemasang iklan yang diketahui bernama Rubini tersebut.

pemerintah Indonesia sendiri sudah melakukan protes resmi terhadap penyebaran iklan tersebut. Menanggapi protes ini, pihak Malaysia menegaskan tak ingin hubungan kedua negara retak akibat munculnya kasus iklan tersebut.

Kepada media di Jakarta, Duta Besar Malaysia untuk Indonesia, Datuk Syed Munshe Afdzaruddin Syed Hassan, menegaskan bahwa promosi ‘TKI On Sale’ di negaranya disebar tanpa sepengetahuan pemerintah. Promosi itu pun tidak memiliki izin dari pemerintah Malaysia.

“Itu iklan liar. Kami pastikan ini bukan iklan resmi dan akan kami tindak lanjuti. So, insiden ini seharusnya tidak menggangggu hubungan Indonesia dengan Malaysia,” kata Munshe. Menurutnya, pemerintah Malaysia saat ini tengah mencari pembuat dan penyebar iklan tersebut. Rakyat Indonesia menunggu aksi nyata, Pakcik! (HP)

Sumber : www.gatra.com/fokus-berita/20079-provokasi-murahan-dari-negeri-jiran.html
Miftah Print Menerima & Melayani cetak undangan, buku Yasin, cetak label nama, pembuatan undangan digital, cetak dokumen, cetak photo, scan dokumen, laminasi, pengetikan, jilid, dll.

0 Response to "Provokasi Murahan Dari Negeri Jiran "

Post a Comment

Kritik dan Saran anda sangat dibutuhkan agar bisa membenahi segala kekurangan kami

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel